Ulang Tahun ke-89, PSSI Kok Malah Makin Ruwet?
Jakarta - Federasi Sepakbola Indonesia (PSSI) merayakan hari lahirnya yang ke-89. Semakin berumur, PSSI malah semakin ruwet?
PSSI didirikan oleh Soeratin Sosrosoegondo pada 19 April 1930 atau 15 tahun sebelum Indonesia merdeka. PSSI ada sebagai alat menentang penjajahan Belanda untuk menggenjot nasionalisme anak muda, berdasarkan butir-butir Sumpah Pemuda yang disepakati pada 28 Oktober 1928.
PSSI semakin dikenal oleh masyarakat. Bond-bond anggota PSSI seperti Persib Bandung, Persis Solo, VIJ Jakarta, PSIM Yogyakarta dan lainnya, semakin menyatu dengan masyarakat.
NIVU selaku federasi sepakbola Hindia-Belanda semakin ketakutan setelah PSSI berhasil melebarkan sayapnya ke beberapa daerah di dalam maupun luar pulau Jawa. PSSI, yang tadinya beranggotakan 7 bond berkembang menjadi 13 bond dalam perjalanan emapt tahun.
"Kalau di sepakbola kita bisa mengalahkan Belanda, kelak di lapangan politik pun kita bisa mengalahkan Belanda," kata Ir. Soeratin.
NIVU selaku federasi sepakbola Hindia-Belanda semakin ketakutan setelah PSSI berhasil melebarkan sayapnya ke beberapa daerah di dalam maupun luar pulau Jawa. PSSI, yang tadinya beranggotakan 7 bond berkembang menjadi 13 bond dalam perjalanan emapt tahun.
Singkat cerita, setelah tahun 1950 dengan diakuinya Indonesia oleh PBB, maka FIFA, tahun 1952 mengakui PSSI sebagai induk organisasi sepakbola di Indonesia yang sah.
Waktu terus berjalan, sepakbola Indonesia tak bisa bicara banyak di level internasional. Pencapaian terbaik sepakbola Indonesia cuma medali emas SEA Games pada 1987 dan 1991.
Selepas itu prestasi terus menjauh, namun kontroversi tak pernah lepas dari PSSI. Beberapa hal memalukan terjadi saat Ketua Umum PSSI Nurdin Hali memimpin dari balik jeruji karena kasus gula import ilegal.
Masalah lainnya terjadi saat terjadi dualisme kepengurusan antara PSSI dan KPSI pada 2012. Roda kompetisi juga terpecah antara IPL dan ISL.
Masalah-masalah lain terus mengantre masuk, yakni saat kepengurusan La Nyalla Mattaliti, PSSI dibekukan FIFA. La Nyalla kemudian digusur dari posisi ketua umum pada 2016, setelah dia menjadi tersangka kasus pencucian uang dalam pengelolaan dana hibah yang diterima Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur tahun 2011 sampai 2014.
Kursi kepengurusan pun jatuh ke tangan Edy Rahmayadi, yang terpilih berdasarkan hasil kongres. Isu match fixing merebak di era ini. Anggota Exco Johar Lin Eng dan Hidayat, Anggota Komdis Dwi Irianto, sampai personel di perwasitan ditangkap tim Satgas Anti Mafia Bola.
Edy akhirnya meletakkan jabatan pada Januari 2019 setelah merasa dikhianati oleh orang-orang di sekitar PSSI, yang pada saat itu Edy juga merangkap sebagai Gubernur Sumatra Barat.
Post a Comment