DETECTIVE CONAN: THE DARKEST NIGHTMARE
August 25, 2016
REVIEW : DETECTIVE CONAN: THE DARKEST NIGHTMARE
Let me just say, The Darkest Nightmare adalah salah satu seri terbaik dari rangkaian film Detective Conan. Secara personal, saya akan menempatkannya di jajaran lima besar terbaik bersama Captured in Her Eyes, The Phantom of Baker Street, Crossroad in the Ancient Capital, serta The Eleventh Striker
– kamu sangat mungkin akan mempunyai pendapat berbeda soal ini. Dalam
jilid ke-20 ini, Kobun Shizuno menghamparkan plot rapat berelemen
spionase pekat yang mengikat atensi penonton. Tidak hanya itu,
keberadaan serentetan laga seru pun bisa kamu endus keberadaannya
disini. Keduanya, telah mengemuka sedari menit pertama atau katakanlah
prolog yang gegap gempita. Seorang perempuan misterius (disuarakan oleh
Yuki Amami) diperlihatkan mendobrak masuk ke Biro Keamanan Publik guna
mencuri NOC (Non-Official Cover), sebuah data penting berisi
nama-nama agen rahasia dari seluruh dunia yang menyusup ke tubuh
Organisasi Hitam. Tak berselang lama, yang kita saksikan berikutnya
adalah kejar-kejaran mobil berkecepatan tinggi di jalanan Tokyo yang
berujung pada terlemparnya mobil si perempuan ke sungai.
Perempuan
misterius tersebut tak tewas. Dia hanya mengalami amnesia akibat
benturan keras yang membawanya terdampar di wahana rekreasi baru, Tohto
Aquarium. Mengalami kebingungan selama berjam-jam lamanya, takdir
mempertemukannya dengan Conan Edogawa (Minami Takayama) beserta
rombongan Grup Detektif Cilik yang ndilalah berencana menjelajahi Tohto.
Mencium adanya sisi menarik yang bisa digali melalui perempuan
tersebut, Conan mengajaknya berkeliling seraya mencoba mengumpulkan
data-data dari pihak kepolisian dan Professor Agasa (Kenichi Ogata) yang
dipercaya memperbaiki ponsel genggam si perempuan yang rusak.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, besar kemungkinan perempuan ini
memiliki keterkaitan erat dengan Organisasi Hitam bahkan bisa-bisa –
seperti kecurigaan Ai Haibara (Megumi Hayashibara) – merupakan sosok
dibalik kode nama ‘Rum’ atau dengan kata lain, orang nomor dua di
Organisasi Hitam setelah Bos. Di tengah-tengah upaya Conan mencoba
memecahkan misteri identitas si perempuan misterius, tiga pembunuhan
terjadi di belahan dunia lain. Korbannya, para agen rahasia yang namanya
tercatut dalam NOC!
Kobun
Shizuno hampir tak memperkenankan intensitas yang telah terbentuk
tinggi sejak prolog mengasyikkan – walau terbilang familiar karena bukan
kali pertama franchise ini dibuka oleh adegan kejar-kejaran
mobil – untuk mengendur. Selepas si perempuan berkenalan dengan para
personil Grup Detektif Cilik, satu persatu petunjuk dibeberkan guna
tetap mengobarkan kepenasaran penonton terhadap identitas si perempuan
yang sesungguhnya dan tatkala petunjuk pertama memaparkan adanya koneksi
ke Organisasi Hitam, daya cekam menyembul. Menariknya, naskah racikan
Takeharu Sakurai turut memberikan sedikit kompleksitas dengan membentuk
adanya hubungan persahabatan hangat antara trio Ayumi (Yukiko Awai),
Mitsuhiko (Ikue Otani), dan Genta (Wataru Takagi) bersama si perempuan
terlebih setelah aksi menyelamatkan nyawa Genta. Tapi apakah dia
benar-benar bisa dipercaya? Maksudnya, bisa saja kan fase amnesia hanya
bagian dari sandiwara belaka demi mengecoh pihak-pihak yang mengincar
NOC seperti FBI dan CIA? Jika memang demikian kenyataannya, bukankah itu
berarti bocah-bocah personil Grup Detektif Cilik tengah terancam
bahaya? Keingintahuan penonton yang besar terus dipermainkan sepanjang The Darkest Nightmare yang laju penceritaannya dialunkan cukup kencang – malah sampai post-credits scene yang terbilang heartbreaking.
Di
satu sisi kita menaruh kecurigaan pada si perempuan, tapi di sisi lain
kita juga menaruh simpati padanya sehingga begitu kebenaran terungkap
ada ketidakrelaan menyaksikan hubungan si perempuan bersama para bocah
yang terancam retak. Sebelum kita memperoleh jawaban atas pertanyaan “dimana sesungguhnya si perempuan misterius ini menempatkan dirinya?”, klimaks eksplosif cenderung over-the-top yang telah menjadi ciri khas franchise Detective Conan menampakkan diri. Berlangsung di Tohto Aquarium, 20 menit terakhir adalah bagian terbaik dari The Darkest Nightmare bahkan sepanjang sejarah franchise-nya
menilik betapa cakupan skalanya telah ditingkatkan berkali-kali lipat
dari biasanya. Sederet karakter penting saling terhubung secara
meyakinkan, beberapa diantaranya termasuk para anggota utama Organisasi
Hitam (Gin, Vodka, Chianti, dan Korn) malah berkonfrontasi dalam adu
tembak yang menggenjot adrenalin. Sensasi tegang pekat menyelimuti
sebelum akhirnya tergantikan oleh kepedihan karena dipaksa menerima
kehilangan dan kebahagiaan. Kebahagiaan? Ya, kala mayoritas film layar
lebar hasil adaptasi anime laris kian tersengal-sengal begitu menapaki
seri belasan, Detective Conan justru semakin perkasa. Diantara lima seri yang telah saya sebutkan di paragraf pembuka, The Darkest Nightmare lah paling kokoh.
Post a Comment