YOUR NAME
December 8, 2016
REVIEW : YOUR NAME
“There's
no way we could meet. But one thing is certain. If we see each other,
we'll know. That you were the one who was inside me. That I was the one
who was inside you.”
Setidaknya ada dua alasan kuat mengapa Your Name (atau dalam judul asli, Kimi No Na Wa) banyak memantik rasa keingintahuan besar dari khalayak ramai. Pertama, film ini menempati urutan teratas tangga box office
selama 12 pekan (!) dan sekarang telah nyaman berada pada posisi
keempat film terlaris sepanjang masa di Negeri Matahari Terbit. Kedua, Your Name
merupakan buah karya terbaru dari Makoto Shinkai. Kalau kamu tidak
pernah mendengar namanya, beliau adalah sutradara anime papan atas di
Jepang saat ini dengan barisan karya menakjubkan bermuatan sentimentil
tinggi semacam 5 Centimeters per Second, Children Who Chase Lost Voices, serta The Garden of Words,
dan digadang-gadang sebagai penerus sang maestro Hayao Miyazaki.
Mendengar Shinkai-sensei merilis film baru saja sebetulnya telah
membangkitkan excitement, maka coba tambahkan dengan kabar bahwa
karyanya sekali ini direspon luar biasa hangat oleh kritikus maupun
penonton. Memang sebagus apa sih Your Name ini sampai-sampai hype
di sosial media pun bisa sedemikian tinggi? Apabila itu pertanyaanmu,
jawaban yang kemudian bisa saya tawarkan setelah menyaksikan filmnya di
layar lebar adalah “believe the hype”.
Penceritaan di Your Name
meletakkan fokusnya pada dua remaja SMA, Taki (Ryunosuke Kamiki) dan
Mitsuha (Mone Kamishiraishi). Taki tinggal di Tokyo bersama ayahnya,
sementara Mitsuha yang diasuh oleh sang nenek menetap di kota pinggiran
bernama Itomori. Takdir lantas menautkan dua remaja dari dua wilayah
berbeda dan tidak saling mengenal satu sama lain ini melalui cara yang
tak lazim, yakni pertukaran tubuh. Mitsuha seringkali tiba-tiba
terbangun dalam tubuh Taki, begitu pula sebaliknya. Menjalani kehidupan
baru dengan tubuh sama sekali asing pada mulanya menciptakan gegar
budaya bagi masing-masing, terlebih mereka tidak sama secara gender.
Namun lambat laun, mereka mulai menikmati keanehan ini dan memutuskan
untuk saling membantu. Mitsuha mengerahkan ‘kekuatan femininnya’ untuk
mendekatkan Taki dengan perempuan yang ditaksirnya di tempat kerja paruh
waktu, lalu Taki menyuntikkan keberaniannya pada Mitsuha sehingga dia
tidak lagi mengalami penindasan serta menjelma menjadi gadis populer di
sekolah. Kendati keduanya hanya bisa berkomunikasi melalui catatan,
berbagi pengalaman hidup satu sama lain berdampak ke merekatnya ikatan
mereka yang berujung pada keinginan untuk saling berjumpa. Hanya saja,
mengatur pertemuan Taki dengan Mitsuha tidaklah semudah yang dibayangkan
mengingat jarak ternyata bukanlah satu-satunya penghalang diantara
mereka.
Mengetahui Makoto Shinkai akan mengulik cerita mengenai body swap di Your Name,
dahi ini seketika mengernyit. Disamping film bertema sejenis acapkali
berakhir memprihatinkan – walau tidak sedikit pula yang terbilang layak
simak, genre usungannya pun didominasi oleh komedi. Apakah si pembuat
film sedang mencoba bereksperimen menggunakan genre lain selain romansa
menghanyutkan? Kemudian kita juga tahu, Your Name bukanlah semata-mata tontonan komedi karena ini turut menggabungkan percintaan khas remaja, fiksi ilmiah, fantasi sampai disaster.
Sesuatu yang terdengar sangat ‘penuh’ pula ambisius diatas kertas dan
sejujurnya teramat sulit dibayangkan bagaimana kelimanya bisa
diresonansi secara tepat tanpa harus ada yang dikorbankan apalagi
memberi kesan dipaksakan. Namun Makoto Shinkai (lagi-lagi) berhasil
membuktikan bahwa dirinya memang cocok menyandang gelar sebagai Raja
Animasi masa kini melalui kepiawaiannya merangkai lima genre berbeda di Your Name. Mula-mula, film memulai langkahnya di jalur komedi – sesuai kodrat film terkait body swap.
Menyoroti kecanggungan Taki dan Mitsuha untuk beradaptasi dengan tubuh
dari lawan jenis. Guyonannya terletak pada bagaimana Taki mendadak
feminin atau kebiasaan Mitsuha meremas-remas payudaranya di pagi hari.
Nyerempet banget sih, tapi sama sekali tidak terkesan murahan dan sangat
efektif memancing derai tawa penonton.
Yang
kemudian mengejutkan – terutama jika kamu tidak tahu menahu perihal
film ini atau karya-karya Makoto Shinkai, paruh kedua mempunyai nada
pengisahan bertolak belakang. Intensitas kelakarnya mulai tereduksi dan
perlahan-lahan menguarkan aroma sentimentil, menyusul keputusan Taki
untuk menemui Mitsuha secara langsung di Itomori. Menceritakan apa yang
terjadi sesudahnya akan berpengaruh pada kenikmatanmu menonton Your Name,
jadi lebih baik saya berhenti sampai disini. Satu hal yang jelas, momen
pencarian ini merupakan titik balik dari film dengan terbukanya pintu
bagi genre lain yang lantas menggiringmu memasuki fase “harap-harap
cemas”. Penonton merasakan kecemasan lantaran terkoneksi secara emosi
pada Taki dan Mitsuha. Mereka adalah karakter biasa-biasa saja yang bisa
kamu temui di sekitaran entah dalam wujud saudara, teman, tetangga,
atau malah diri kita sendiri. Itulah mengapa begitu probabilitas
perjumpaan keduanya menciut, muncul ketidakrelaan. Kita ingin melihat
mereka bersatu, entah bagaimana caranya. Dengan turut dipermainkannya
ekspektasi penonton, proses menuju akhir cerita kian menarik buat
disimak. Bagusnya, Shinkai-sensei tak semata-mata mengabdikan dirinya
untuk mengkreasi jalinan kisah mendayu-dayu dalam perjalanan asmara Taki
dengan Mitsuha demi menguras air mata penonton. Dia menaruh perhatian
juga pada detil-detil lain semacam kultur setempat, unsur mistis Jepang,
hingga rancangan latar lokasi yang mendekati kenyataan sampai-sampai
sanggup meyakinkan penonton bahwa ini lebih dari sekadar film animasi
berbasis romansa fantasi belaka.
Ya, Your Name
tidak saja cantik ditinjau dari cara si pembuat film menggulirkan
cerita, tetapi juga cantik secara visual. Kelihaian Shinkai-sensei
membentuk spektakel memanjakan mata memang tidak perlu diragukan
mengingat itulah keunggulan utamanya (tontonlah The Garden of Words yang ajaib itu!), tapi lewat Your Name
– berkat sokongan dana berlimpah, dia menciptakan standar lebih tinggi
lagi. Menunjukkan, corat coret di atas kanvas pun bisa menghasilkan daya
magis sama besarnya dengan CGI. Komet, aurora, senjakala, bulir-bulir
salju, lanskap kota Itomori yang tersusun atas pegunungan dan danau,
sampai pemandangan kota Tokyo digoreskan menakjubkan. Bersatu padu
dengan iringan musik menghentak namun menghanyutkan dari RADWIMPS,
visual cantik ini menyokong sempurna penceritaan yang digulirkan begitu
mulus oleh Shinkai-sensei – ini hebat, berkaca pada fakta banyaknya
genre dileburkan disini, sehingga memperkaya rasa yang ada pada film.
Betul, Your Name adalah sebuah tontonan yang tersusun atas
beragam emosi didalamnya dimana masing-masing mencuat untuk saling
menguatkan alih-alih melemahkan. Kamu akan dibuat tertawa olehnya, lalu
merasakan kecemasan, kemudian mendapatkan sensasi tegang, dan pada
akhirnya dibikin menangis entah disebabkan haru atau keindahan filmnya.
Meminjam istilah anak muda zaman sekarang, Your Name akan
membuatmu baper. Inilah sebuah mahakarya dari seorang Makoto Shinkai dan
saya berani memastikan bahwa pernyataan tersebut tidaklah hiperbolis.
Intermezzo: Habis nonton Your Name
jadi kepikiran. Pernah berpapasan dengan orang asing, dan serasa
mengenalnya padahal ingat betul kalau kita berdua belum pernah berjumpa.
Atau jangan-jangan, kita pernah suatu waktu bertukar tubuh seperti Taki
dengan Mitsuha? Hmmm...
Outstanding (4,5/5)
Post a Comment